Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Harry Potter dan Tawanan Azkaban

Judul: Harry Potter dan Tawanan Azkaban
Penulis: J.K. Rowling
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2001
Tebal: 432 halaman

Sudah Terjual


Mengerikan sekali Dementor-dementor itu....". "Rasanya seperti membekukan bagian dalam tubuh kita, ya?". "Dad pernah harus ke Azkaban sekali, ingat, Fred? Dan dia bilang itu tempat paling mengerikan yang pernah dikunjunginya. Dia pulang dalam keadan lemah dan gemetaran.... Para Dementor itu mengisap kebahagiaan dari tempat-tempat di mana mereka berada. Sebagian besar napi di sana jadi gila."

Novel fantasi kreasi J.K. Rowling jilid ketiga ini memang ada Azkaban-Azkabannya. Kalau kita membaca jilid kedua, Harry Potter dan Kamar Rahasia, pengarangnya seakan-akan punya maksud mengajak pembaca menuju Penjara Azkaban. Hagrid -seorang tokoh penting dalam novel ini- merinding bulu kuduknya begitu mendengar Azkaban disebut.

Namun, setelah membaca jilid ketiga ini, ternyata pembaca tak diajak mengunjungi Azkaban secara kongkret. Buku ini hanya mengisahkan "bau", atau gambaran abstrak, kengerian Azkaban. Di sinilah langsung terasa trik, atau "sihir" lain, dari Rowling -seorang pengarang yang memiliki imajinasi luar biasa.

Trik semacam itulah yang banyak kita jumpai dalam jilid ketiga karyanya yang penuh kejutan ini.

"Jadi selama ini kau berpikir aku menganggapmu tidak cukup mampu melawan Boggart?" tanya Lupin secara tajam.

"Yah, begitulah," kata Harry. Mendadak dia merasa jauh lebih berbahagia.

"Profesor Lupin, Anda tahu Dementor itu...." Perkataannya terpotong oleh ketukan di pintu.

"Masuk," seru Lupin.

"Perkataannya terpotong oleh ketukan di pintu" merupakan trik Rowling dalam membuat pembacanya terus "memelihara" rasa penasaran. Boggart adalah pengubah bentuk. Dia bisa berubah menjadi apa saja. Sedangkan Profesor Lupin adalah guru baru Harry Potter di tahun ketiga, yang mengajarkan pelajaran "Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam".

Boggart menjadi pembuka pelajaran Profesor Lupin yang mengasyikkan. Tapi, inti kisah buku ini masih tetap menjadikan Harry, dibantu terutama oleh Hermione, sebagai hero penyingkap dan pembela kebenaran. Harry Potter bersama Granger mampu menyelamatkan Buckbeak, yang nyaris dipenggal kepalanya gara-gara mencakar Malfoy.

Setelah itu, dengan menunggang Buckbeak (yang wujudnya seperti tergambar di sampul depan buku ini), Harry dan Hermione menyelamatkan Sirius Black yang juga hampir menjadi korban iri hati dan dendam berkepanjangan. Sirius Black ini, ternyata, adalah wali sah Harry Potter. Setelah Lily dan James Potter, kedua orangtua Harry, meninggal, Siriuslah yang seharusnya bertanggung jawab atas kehidupan Harry.

Namun, Rowling secara piawai membawa pembacanya lebih dulu memendam kebencian terhadap Sirius. Ia berhasil menimbulkan kesan, Sirius lolos dari Azkaban hanya untuk mencabut nyawa Harry Potter. Kisah Sirius Black, Putra Mahkota Pangeran Kegelapan yang dikesankan jahat, ini mengisi hampir 90% halaman novel Harry Potter dan Tawanan Azkaban.

Dalam jilid ketiga ini, Rowling tetap menunjukkan kepiawaiannya dalam mengajak pembaca menyusuri lorong-lorong rahasia di Sekolah Hogwarts. Dia juga masih gesit dalam memecahkan semua misteri yang ditabur di sepanjang halaman bukunya. Kekuatan Rowling dalam melukiskan secara rinci karakter baru yang diciptakannya masih juga terasa menggetarkan.

Meskipun jilid ketiga ini lebih tebal dari jilid pertama dan kedua, keasyikan Rowling berkisah tetap terjaga. Bahkan dalam beberapa hal, ia memperlihatkan keunggulan. Misalnya dalam menggunakan trik-trik mengejutkan, yang malahan terasa lebih yahud dari sebelumnya. Kemudian dalam caranya memautkan satu karakter dengan karakter lainnya. Penuh "dadakan", dan terkadang malah di luar imajinasi pembacanya.

Meski setting-nya sekolah, Rowling mampu membawa para pembaca -yang tidak hanya ABG, melainkan juga para dewasa- mengembara secara asyik ke dunia "sihir" atau "imajinatif". Di dunia "impian" yang diciptakannya itu, Rowling lalu mengajak pembacanya merasakan kengerian, ketercekaman, keberanian, kejujuran, kepahlawanan, dan pelbagai keajaiban yang mengejutkan. Wong namanya juga sihir....

Hernowo
Guru bahasa Indonesia di SMU Plus Muthahhari, Bandung