Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Negara Etnik: Beberapa Gagasan Pemberdayaan Suku Dayak

Judul: Negara Etnik: Beberapa Gagasan Pemberdayaan Suku Dayak
Penulis: JJ Kusni
Penerbit: FuSPAD, 2001
Tebal: 200 halaman
Kondisi: Stok lama (cukup)
Stok Kosong

Pertikaian etnik Dayak dengan Madura di bumi Kalimantan kadang diibaratkan sebagai "api dalam sekam" yang sudah mengendap sejak puluhan tahun silam, dan tak "terpadamkan" sampai sekarang. Benarkah pertikaian itu merepresentasikan penolakan warga lokal (Dayak) terhadap pendatang (Madura)? Dr. JJ Kusni, 60 tahun, putra asli Dayak Ngaju, menolak anggapan itu.

Menurut dia, sejak dulu etnik Dayak memiliki sikap keterbukaan dan mau hidup berdampingan secara damai dengan etnik mana pun. Hal itu tampak dari cerita rakyat, legenda, dan sastra lisan. Di antaranya Kisah Dua Saudara Mengambil Intan dari Bawah Perut Naga (kisah hubungan etnik Dayak dengan Tionghoa), Riwayat Panglima Dayak Terdampar di Landa Badai (Madura dengan Dayak), Sansana Bandar (Dayak dengan dunia luar), serta konsep Budaya Betang (rumah panjang), dan Kaharingan (konsep tentang kehidupan dan kematian).

Doktor sejarah lulusan Prancis ini mengungkapkan, konflik Dayak-Madura sama seperti di daerah lain, disebabkan rekayasa elite politik dengan memolitisasi isu agama dan etnik, demi kekuasaan. Akar masalah yang jarang diungkap adalah marjinalisasi sosial-politik yang dialami kaum Dayak selama puluhan tahun. Mereka terasing di kampung halamannya sendiri.

Istilahnya, "raja boleh membakar rumah, penduduk tidak boleh menyalakan api". Seperti kejadian di Kasongan: pendulang emas setempat diusir paksa, dan penduduk dilarang memungut kayu bakar, sementara pengusaha besar datang membongkar-balik tanah tanpa memedulikan alam sekitarnya. Buku ini semacam pencerahan bagi siapa saja yang ingin memahami aspirasi daerah secara jujur dan proporsional dalam bingkai negara kesatuan.

Ronald Panggabean