Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global

Judul: Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global

Editor: Charles Kurzman
Penerbit: Paramadina, 2001
Tebal: 620 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 130.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312
PIN BBM: 5244DA2C

Menurut Charles Kurzman, Islam liberal berakar pada Syah Waliyullah (1703-1762) di India dan muncul di antara gerakan-gerakan pemurnian Islam ala Wahabi pada abad ke-18.

Bersama dengan berkembangnya Islam liberal, muncul tokoh-tokohnya pada tiap zaman. Jamaluddin Alafghani di Afganistan, Sayyid Ahmad Khan di India, dan Muhammad Abduh di Mesir—ketiganya hidup pada abad ke-19. Adapun pada abad 20 terdapat antara lain Abdullah Ahmed Naim, Mohammad Arkoun, Fazlur Rahman, dan Fatima Mernissi. Nurcholish Madjid, cendekiawan Indonesia yang mengibarkan teologi inklusif, juga disebut.

Islam liberal dipilih oleh kalangan JIL untuk menamakan gerakan dan pemikiran mereka, nampaknya lantaran mereka mendapat insipirasi dari buku Liberal Islam: A Sourcebook karya Chares Kurzman (edisi bahasa Indonesia berjudul Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, diterbitkan oleh Paramadina), sebab dari buku itu pula JIL meminjam enam agenda rumusan Charles Kurzman. Enam isu itu: antiteokrasi, demokrasi, hak-hak perempuan, hak-hak non-Muslim, kebebasan berpikir dan gagasan tentang kemajuan.

Charles Kurzman mendefinisikan, Islam revivalis berusaha mengembalikan kemurnian Islam seperti di zaman Rasulullah, tetapi tidak ramah dengan kehadiran modernitas. Sedangkan Islam liberal, masih kata Kurzman, menghadirkan masa lalu Islam untuk kepentingan modernitas. "Ia menghargai rasionalitas," kata Kurzman. Sebuah pengkategorian yang sangat layak diperdebatkan.

Menurut Kurzman, ungkapan “Islam Liberal” (liberal Islam) mungkin terdengar seperti sebuah kontradiksi dalam peristilahan (contradiction in terms). Mungkin ia bingung dengan istilahnya sendiri: Islam kok liberal? Meski ia menjawab di akhir tulisannya bahwa istilah Islam Liberal itu tidak kontradiktif, tapi ketidakjelasan uraiannya masih tampak di sana-sini”

Charles Kurzman membuat enam wacana besar Islam Liberal beserta mazhab pemikirnya.
Pertama : Melawan teokrasi, “keyakinan bahwa raja adalah sebagai wakil dari Tuhan,” tokohnya adalah Aliy ‘Abd Ar-Raziq (Mesir, 1888-1966), M Khalaf-Allah (Mesir, 1916-1997), dan Mahmud Taleqaniy (Iran, 1911-1979)
Kedua : Demokrasi “Democracy“, tokohnya adalah M. Sa’id al-Asmawiy (Mesir, 1932), M. Natsir (Indonesia, 1908-1993), Mehdi Bazargan (Iran, 1907-1995), Dimasangcay A. Pundato (Pilipina, 1947), Rachid Ghannouchi (Tunisia, 1941), dan Sadek Jawad Sulaeman (Oman, 1933).
Ketiga : Hak-hak perempuan dalam Islam (rights of women), tokohmya adalah Nasira Zainu ad-Din (Lebanon, 1905), Benazir Bhutto (Pakistan, 1953), Fatima Mernissi (Maroko, 1940), Amina Wadud Muhsin (Amerika, 1952), dan Muhammad Shahrour (Suriah, 1938).
Keempat : Hak-hak non Muslim “the rights of non-Muslim“, tokohnya adalah Humayun Kabir (India, 1906-1969), Chandra Muzaffar (Malaysia, 1947), Mohamed Talbi (Tunisia, 1921), Ali Bulac (Turki, 1951) dan Busmir Mahmutcehajic (Yugoslavia-Bosnia, 1948)
Kelima : Kebebasan Berfikir (freedom of tought), tokohnya adalah ‘Aliy Syari’atiy (Iran, 1933-1977), Yusuf al-Qardawiy (Mesir-Qatar, 1926), Mohammed Arkoun (Perancis, 1928), Abdullah Ahmed an-Na’im (Sudan, 1946), Alhaji Adeleke Drisu Ajilola (Nigeria, 1932) dan Abdul Karim Soroush (Iran, 1945). Keenam : Progresifitas (kemajuan), tokohnya adalah M. Iqbal (India, 1877-1938), Mohmoud Mohamed Thaha (Sudan 1909-1911), Nurcholish Madjid (Indonesia, 1939), Mamadiou Dia (Senegal, 1911), Fazlur Rahman (Pakistan-As, 1919-1988), dan Shabbir Akhtar (Pakistan-Inggris, 1960).

Dicopy dari beberapa sumber.