Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sejarah Tuhan (Karen Armstrong)

Judul: Sejarah Tuhan
Penulis: Karen Armstrong
Penerbit: Mizan, 2001
Tebal: 581 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312


Jika gagasan tentang Tuhan tidak memiliki keluwesan semacam yang ditulis Karen Amstrong, niscaya tidak akan mampu bertahan untuk menjadi salah satu gagasan besar umat manusia. Ketika sebuah konsepsi tentang Tuhan tidak lagi mempunyai makna atau relevansi, ia akan diam-diam ditinggalkan dan digantikan oleh sebuah teologi baru. Seorang fundamentalis akan membantah ini. Namun, jika kita memperhatikan ketiga agama besar, Islam, Nasrani, dan Yahudi, akan menjadi jelas bahwa tidak ada pandangan yang obyektif tentang “Tuhan”: setiap generasi harus menciptakan citra (konsep) Tuhan yang sesuai baginya.

Masalah ini membawa Amstrong kepada titik yang sulit, karena Tuhan telah terlanjur secara khusus dikenal sebagai berjenis “laki-laki”, dan dalam bahasa Inggris kaum monoteis lazim merujuk kepada-Nya dengan kata ganti “He”. Pada masa sekarang, kaum feminis dengan sangat sadar menaruh keberatan terhadap hal ini. Penggunaan kata ganti maskulin untuk Tuhan ini menimbulkan persoalan dalam sebagian bahasa gender.

Akan tetapi, dalam bahasa Yahudi, Arab, dan Prancis, gender gramatikal memebrikan nada dan dialektika seksual terhadap diskursus teologis, yang justru dapat memberikan keseimbangan yang sering tidak terdapat di dalam bahasa Inggris. Misalnya, kata Arab Allah (nama tertinggi bagi Tuhan) adalah maskulin secara gramatikal, tetapi kata untuk esensi Tuhan yang ilahiah dan tak terjangkau—Al-Dzat—adalah feminim. Semua perbincangan tentang Tuhan adalah perbincangan yang sulit.

Secara tersurat dan jelas, dari judulnya saja, buku ini sudah dapat diprediksi bahwa isinya merupakan suatu rangkaian pemahaman dan keyakinan dari jaman musa sampai jaman modern sekarang ini mengenai ide-ide seputar teologis atau ketuhanan yang ditulis mengikuti perjalanan waktu dari sejarah atau tahapan hidup manusia. Ditulis dengan gaya santai dan unik serta kronologis, dengan kedalaman empati dan pengertian rasa yang begitu tinggi dari sang penulis menjadi setiap kalangan yang membaca, baik itu dari pihak kristen, yahudi, islam atau yang lain, merasa tersanjung dan terbela keyakinannya. Berbagai diskusi dan komentar apik pun berterbangan ke sana ke mari dari para mulut agamawan, pakar teologis, santri, rohaniawan, bahkan orang awam sekalipun seperti saya. Buku inilah yang kemudian menjadikan Karen Amstrong tenar dan sedemikian banyak di sebut di Indonesia khususnya kaum terpelajar. Buku-buku karangannya yang lain kemudian menyusul terbit dan tentu saja mengikuti buku pertamanya juga terjual laris manis. Berperang demi Tuhan, Buddha, Sejarah Islam, merupakan beberapa karyanya yang kemudian menjadi sedemikian laku di Indonesia.

Dalam membahas setiap episode manusia dalam memahami dan meyakini kepercayaan terhadap Tuhan, entah itu dari pihak yahudi, nasrani atau islam, bahkan kaum ateis, Karen selalu saja berusaha secara empatik untuk masuk kedalam perasaan dan jiwa para pemuja tuhan tersebut kemudian berusaha menjelaskan dan mengelaborasi serta memberikan suatu pencerahan, dengan bahasanya sendiri, kenapa kepercayaan itu bisa timbul. Tidak salah jika setiap pembahasan mengenai tuhan ia selalu mengedepankan rasa dibandingkan aspek intelektualitas atau kritik. Maksudnya adalah Ia mengedepankan pemahaman dari pada mencari kelemahan-kelemahan teologis. Ia mengabaikan logika intelektual demi tujuan pemahaman psikologis-teologis. Salah satu kalimat atau pendapat pribadi yang paling sering ia munculkan berkali-kali dalam buku tersebut (dalam kalimat saya) adalah bahwasanya setiap kepercayaan atau teologi mengenai Tuhan dalam periode waktu tertentu akan mengalami suatu perubahan dikarenakan situasi dan kondisi manusia itu sendiri.

Setiap konsep akan ditentang kemudian secara lambat laun atau drastis digantikan dengan konsep atau keyakinan yang lain yang lebih sesuai atau mampu beradaptasi atau cocok dengan kondisi masyarakat waktu itu. Konsep ketuhanan yang lama akan digantikan dengan konsep ketuhanan yang baru apabila dirasa konsep ketuhanan yang lama tidak lagi diterima oleh masyarakat dalam periode tersebut. Salah satu pandangan subjektifnya yang bersumber dari harapannya akan kedamaian dan kebermaknaan hidup antar sesama manusia muncul dalam bentuk teologis perdamaian. Simak saja paragraf terakhir dari Sejarah Tuhan yang ia tulis,”Manusia tidak bisa menanggung beban kehampaan dan kenestapaan; mereka akan mengisi kekosongan itu dengan menciptakan fokus baru untuk meraih hidup yang bermakna. Berhala kaum fundamentalis bukanlah pengganti yang baik untuk Tuhan; jika kita mau menciptakan gairah keimanan yang baru untuk abad kedua puluh satu, mungkin kita harus merenungkan dengan seksama sejarah Tuhan ini demi menarik beberapa pelajaran dan peringatan.”

Diambil dari berbagai sumber.