Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mandela's Way: Lima Belas Pelajaran Tentang Hidup, Cinta, dan Keberanian

Mandela's Way: Lima Belas Pelajaran Tentang Hidup, Cinta, dan Keberanian
Penulis: Richard Stengel
Penerbit: Esensi, 2010
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Nelson Mandela, rasa-rasanya tak banyak orang yang tidak paham tokoh dunia asal Afrika Selatan ini. Ia menjadi tokoh pemersatu bangsa yang terancam pecah-belah, sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap rezim apartheid. Lewat cara-cara yang dia tempuh, lelaki yang kini sudah gaek ini menjadi simbol perdamaian dunia. Bahkan, hingga sekarang pun, setelah 11 tahun melepas kepemimpinannya di negeri itu, namanya masih tetap diperhitungkan sebagai tokoh yang disegani.

Banyak hal lain bisa dicatat ihwal pria kelahiran Mvezo, Transkei, 92 tahun silam itu. Dan, yang jelas, ia sosok pemimpin langka di dunia yang berhasil mengajak rakyatnya melupakan masa lalu yang kelam untuk meniti masa depan. Ia punya karakter sangat kuat untuk meyakinkan bangsanya berdamai dengan masa lalu.

Karakter yang kuat itulah agaknya yang digambarkan Richard Stengel dalam buku ini. Stengel bukan lain adalah penulis yang membantu Mandela menulis otobiografinya, Long Walk to Freedom. Sedangkan Mandela's Way merupakan catatan-catatan lepas redaktur pelaksana majalah Time ini ihwal kekuatan pribadi Mandela yang dia kenal sejak 18 tahun silam.

Stengel mencatat ada 15 kekuatan yang dimiliki presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan ini. Sejak bagian awal buku ini, Stengel tak bisa menyembunyikan kekagumannya yang melimpah ruah kepada peraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 1993 ini. Tengok saja komentarnya pada bagian pengantar: "Kehadirannya bagaikan emas, bercahaya. Hampir setiap saat dia optimistis, percaya diri, murah hati, menyenangkan. Bahkan ketika beban dunia sedang berada di pundaknya, dia akan membawanya dengan ringan."

Berbagai kekuatan pribadi Mandela ini diungkap Stengel lewat cerita-cerita pengalamannya mendampingi tokoh itu. Lebih dari 70 jam dia habiskan selama dua tahun untuk mewawancarai Mandela saat menyusun Long Walk to Freedom. Itu belum termasuk pertemuan-pertemuan intensif berikutnya setelah penyusunan otobiografi tersebut.

Orang, misalnya, menilai Mandela sebagai sosok yang berani, terutama menanggung risiko ketika dia harus berhadapan dengan rezim apartheid. Tapi, Stengel kemudian mendapati bahwa pemimpin pembebasan kulit hitam Afrika Selatan itu punya definisi sendiri ihwal keberanian. Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan pembelajaran untuk mengatasi ketakutan. Definisi khas itulah yang menurut Stengel menjadikan Mandela sebagai sosok yang kuat dan tangguh.

Yang cukup unik adalah cara dia menaklukkan musuh-musuhnya. Suatu ketika ia pernah melontarkan ucapan yang cukup terkenal. "Bila Anda mau berdamai dengan musuh, bekerjalah dengan mereka. Niscaya mereka akan jadi mitra yang baik."

Ucapan itu ternyata bukan sekadar basa-basi. Menurut kesaksian Stengel, Mandela benar-benar mempraktekkan dan menjadikan itu sebagai kekuatan tersendiri. Dengan cara seperti itulah Mandela menundukkan para rival politik bahkan musuhnya sekalipun.

Tak bisa disangkal, bukan saja rakyat Afrika Selatan, dunia pun amat menyanjung Mandela karena kiprahnya. Tapi, tokoh gaek itu justru tak terjebak dalam sanjungan yang melangit, baik ketika ia dielu-elukan sekeluar penjara maupun sebagai tokoh legendaris di negerinya. Komentarnya sederhana saja menghadapi kenyataan itu. "Kurasa tidak sehat bagi orang untuk menganggap seseorang sebagai juru selamat. Dalam kasus itu, mereka hanya akan kecewa. Kalau mereka menganggap seseorang sebagai penyelamat, ekspektasi mereka terlalu tinggi."

Banyak pelajaran bisa dipetik dari catatan Stengel ini. Terutama sekali untuk memahami cara tokoh dunia ini mengatasi masalah yang dihadapi bangsanya di saat paling kritis. Betapa Mandela yang lembut itu juga pada saatnya ternyata mampu bersikap tegas.

Erwin Y. Salim