Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jejak Yakjuj dan Makjuj dalam Inkripsi Yahudi

Jejak Yakjuj dan Makjuj dalam Inkripsi Yahudi
Penulis: Wisnu Sasongko
Penerbit: Hikmah, Jakarta, Mei 2010, xv + 461 halaman

Salah satu pertanda menjelang hari kiamat, menurut keyakinan umat Islam, adalah munculnya makhluk bernama Yakjuj dan Makjuj. Uniknya, tiga kitab suci samawi --Taurat, Injil, dan Al-Quran-- memiliki gambaran serupa: mereka adalah makhluk yang membuat kerusakan di muka bumi. Dan, makhluk ini pernah menguasai bumi puluhan abad silam sampai mereka ditaklukkan oleh Iskandar Zulkarnain.

Hingga hari ini, banyak buku yang mengulas soal makhluk yang diperkirakan merajalela hingga abad ketiga-keempat sebelum Masehi itu. Tapi makhluk seperti apa mereka, di mana lokasi mereka dahulu, wilayah mana saja yang pernah mereka hancurkan, dan dari mana kelak mereka muncul kembali, semua pertanyaan itu belum kunjung terjawab.

Wisnu Sasongko mencoba menjawab semua pertanyaan itu lewat buku ini. Dengan penelusuran yang luas melalui berbagai teks, ia bahkan membandingkan perbedaan nyata keterangan dalam Al-Quran dan kitab samawi lainnya ihwal makhluk yang dalam inskripsi Yahudi disebut Gog Magog itu. Dengan penjelasannya soal perbedaan tersebut, ia sekaligus membuktikan bahwa Al-Quran benar-benar wahyu yang turun kepada Muhammad.

Menurut temuan Wisnu, dalam berbagai inskripsi Yahudi tidak ditemukan kaitan yang jelas antara Gog Magog dan Iskandar Zulkarnain. Padahal, dari penelusuran sejarah di zaman sebelum kelahiran Muhammad, para pendeta Yahudi sesungguhnya tahu betul riwayat penaklukan Gog Magog. Sementara itu, di dalam Al-Quran diterangkan dengan jelas bahwa Zulkarnain menaklukkan Yakjuj dan Makjuj.

Merujuk pada riwayat turunnya surat Alkahfi ayat 83-98, jelas tersirat bahwa pendeta Yahudi zaman dahulu paham cerita penaklukan itu. Terkisah, kafir Quraisy mendatangi seorang pendeta Yahudi untuk meyakinkan soal kenabian Muhammad. Sang pendeta menyuruh musuh-musuh Nabi itu bertanya hal-ihwal Zulkarnain. Kalau Muhammad bisa menjawab, berarti ia benar seorang nabi. Pertanyaan itu terjawab dengan turunnya wahyu yang tersurat lewat ayat 83-98 surat Alkahfi tadi.

Pertanyaan yang muncul, mengapa pengetahuan para pendeta ihwal kaitan Zulkarnain dengan Gog Magog dan kisah penaklukannya tak diungkap dalam berbagai inskripsi Yahudi? Wisnu memperkirakan, karena adanya semacam kecongkakan etnis pada kaum Yahudi. Sebab sosok besar penakluk Gog Magog bukan berdarah Yahudi, melainkan orang Makedonia. Bahkan lebih jauh lagi, penelusuran sejarah mengindikasikan bahwa Gog Magog adalah keturunan salah satu dari 10 suku bangsa Israel yang dibuang Raja Sargon.

Dalam sejumlah naskah kuno Yahudi, diperkirakan makhluk perusak bernama Gog Magog adalah bangsa barbar keturunan Yapheth bin Nuh bernama Scythia. Penelusuran sejarah kemudian mendapati, bangsa barbar itu ternyata nenek moyang bangsa Eropa yang tinggal di utara Pegunungan Kaukasus. Pada gilirannya, kaum ini menyebar ke Amerika.

Penelusuran Wisnu dalam buku ini sekaligus meluruskan pembelokan sejarah oleh kaum Yahudi selama ini bahwa Yakjuj dan Makjuj ada di dunia Islam. Tudingan itu, antara lain, dilontarkan pakar bernama Ernest L. Martin, yang menyebut bangsa perusak itu datang dari Iran dan Afghanistan.

Bahkan kaum zionis menyebut Gog Magog ada di Iran, Afghanistan, dan Pakistan. Maka, tidak terlalu mengherankan bila kini Amerika yang amat dipengaruhi para pelobi Yahudi sedemikian bernafsu menghabisi tiga wilayah itu.

Lebih lucu lagi, di sini terungkap, Martin juga mengarahkan tudingan kejinya kepada Indonesia. Berdasarkan tafsiran sembrononya terhadap Kitab Ezekiel 27: 13, 19, ia menyebutkan bahwa Gog Magog dari garis keturunan Javan bin Yaphet anak Nabi Nuh berada di Indonesia. "Masyarakat modern menyebutnya Jawa," tulis dia. Padahal, Javan yang dimaksud dalam kitab itu adalah nenek moyang bangsa Yunani.

Berbagai penjelasan logis dan argumentatif dalam buku ini menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang cukup menakjubkan. Berbagai pendapatnya bukan sekadar praduga atau hipotesis liar karena didukung data, fakta, dan analisis yang kuat. Demikian pula sanggahannya atas provokasi tak bertanggung jawab kaum Yahudi terhadap Islam dan Al-Quran. Apakah karya ini memberi pencerahan kepada mereka, wallahualam bishawab.

Erwin Y. Salim