Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Matinya Sang Pengarang

Judul Buku: Hidup Matinya Sang Pengarang
Penerbit: Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Toeti Heraty mengawali kata pengantarnya dalam buku ini dengan melemparkan pertanyaan: siapa yang peduli pada hidup atau matinya seorang pengarang. Untuk menjawab pertanyaan itu, ia menghadirkan kembali esai-esai tentang kepengarangan dari 13 penulis tersohor di dunia. Masing-masing mengenai proses kreatif kepengarangan mereka.

Misalnya pilihan atas tiga penulis besar: R.M. Rilke, T.S. Eliot, dan Friedrich Nietzsche. Mereka diyakini sebagai pengarang yang memiliki gejolak proses kreatif secara khusus dalam kepribadiannya, sehingga seakan mereka menjadi manusia istimewa. Juga pengarang lain seperti Rene Descartes, E.D. Hirsch, dan Sigmund Freud, yang membicarakan sumber kreativitasnya lewat khayalan.

Selain itu, napas feminisme pada Toeti Heraty juga muncul dalam buku ini. Dipilihlah lima penulis wanita, yakni Simone de Beauvoir, Helena Cixous, Virginia Woolf, Sandra M. Gilbert, dan Susan Gubar. Menurut Simone de Beauvoir, esais dan novelis Prancis, di semua bidang perempuan jauh kurang berprestasi ketimbang laki-laki. Padahal, kesempatan telah seimbang. Tapi, belum juga ada karya besar dihasilkan oleh perempuan.

Buku ini ditutup dengan uraian tentang berakhirnya kreativitas seorang pengarang. Ada tiga esai dari tiga penulis: Roland Barthes, Jean Paul Sartre, dan Michel Foucault. Ketiganya berkesimpulan, tidak jarang penguasa menghentikan paksa proses kreatif pengarang. Misalnya, karyanya dituduh menghasut dan membahayakan stabilitas negara. Menikmati esai 13 pengarang tersebut, akhirnya kita menjadi peduli pada kehidupan dan semangat menggali gagasan dari mereka, bukan pada kematiannya.

Joko Syahban