Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Krisis: Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi

Memahami Krisis: Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi
Penulis: Tulus Tambunan
Penerbit: LP3ES, Jakarta, 2011, xxi + 415 halaman

Krisis kerap menjadi momok menakutkan bagi ekonomi dunia. Begitulah yang terjadi di Asia pada 1997. Hingga Mei tahun itu, Bank Dunia masih memuji Pemerintah Indonesia karena sukses melaksanakan pembangunan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan. Gelar "Macan Asia" pun disematkan pada Indonesia bersama Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. Lalu, mendadak, modal yang besar dalam dolar Amerika lari menjauh dari Indonesia.

Bagi Indonesia, larinya modal asing itu menyebabkan melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar hingga mencapai Rp 10.000 per dolar pada semester pertama 1998. Bahkan sempat jatuh sampai Rp 16.000 per dolar. Padahal, sebelum krisis, nilai rupiah hanya Rp 2.000 per dolar. Jomplangnya nilai rupiah itu menyebabkan tutupnya sejumlah bank swasta dan bergabungnya sejumlah bank milik pemerintah.

Lalu, apa yang menyebabkan modal asing tiba-tiba meninggalkan Indonesia? Ternyata modal asing yang ada di Indonesia pada saat itu kebanyakan dalam bentuk investasi dan pinjaman komersial jangka pendek dengan tingkat suku bunga tinggi. Sehingga sulit dihindari modal jangka pendek tersebut kabur dari Indonesia. Sementara itu, perbedaan nilai tukar mata uang yang begitu jomplang menyebabkan nilai pengembaliannya membengkak dibandingkan dengan nilai saat meminjam. Kondisi ini menyebabkan banyak perusahaan Indonesia gulung tikar.

Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama satu dekade setelah krisis di Asia. Kredit perumahan murah yang bermasalah dalam waktu singkat, bak bola salju yang menggelinding, menjadi krisis keuangan besar di negeri itu sejak 2007. Akibat perekonomiannya yang terintegrasi, negara-negara maju lain, seperti Jepang dan Uni Eropa, yang terhubung melalui jalur investasi pun terkena imbasnya.

Bahkan, lebih parah, krisis kredit rumah murah di Amerika itu berguling menjadi krisis ekonomi global 2008-2009 melalui jalur ekspor. Melemahnya daya beli negara-negara tujuan ekspor memaksa turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2009, tingkat pertumbuhan ekspor Indonesia negatif lebih dari 15%. Untunglah, hal tersebut diimbangi dengan peningkatan konsumsi pemerintah sekitar 18% atau hampir empat kali lebih pesat dibandingkan dengan tahun 2008, yang menyebabkan koreksi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang tidak signifikan.

Malang bagi Eropa, imbas krisis ekonomi global 2008-2009 ternyata tidak berhenti dan justru semakin parah. Ekonomi Uni Eropa tidak kunjung membaik. Yunani justru mengalami krisis utang yang mengakibatkan perekonomian "negeri para dewa" itu kolaps. Pemerintah Yunani tidak mampu membayar utangnya. Hal ini mengancam sistem mata uang tunggal euro. Ekonomi 17 negara pengguna euro hanya tumbuh sekitar 1,6% pada 2011 dan 1,1% pada 2012.

Menurut Tulus, krisis ekonomi Eropa akan berdampak buruk pada ekonomi dunia. Hal ini disebabkan ekonomi Uni Eropa sangat terintegrasi dengan ekonomi global, yaitu melalui tiga jalur: perdagangan (barang dan jasa), produksi (rantai nilai suplai), dan keuangan (investasi dan penyaluran kredit). Apalagi, salah satu mitra besar ekonomi Uni Eropa adalah Amerika, yang juga memiliki hubungan sangat intens dengan Cina. Ekonomi Cina yang sedang naik daun dalam 10 tahun terakhir juga bisa terpukul. Jika itu terjadi, ekonomi dunia akan lebih terpuruk, mengingat sumbangan Cina dalam perdagangan global merupakan yang terbesar.

Melalui buku ini, Tulus menawarkan "resep" untuk Indonesia dalam meminimalkan dampak krisis. Indonesia memiliki potensi cukup besar terhadap krisis karena semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Menjadi penting untuk memahami sepenuhnya kemungkinan-kemungkinan terjadinya krisis ekonomi di masa depan. Perlu dijawab, melalui jalur-jalur utama mana saja krisis itu akan mempengaruhi perekonomian nasional. Dengan ini, pemerintah dapat membangun sistem pendeteksi dini krisis dan memonitor perkembangannya.