Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Azra, Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra

Cerita Azra, Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra
Penulis: Andina Dwifatma
Penerbit: Erlangga, Jakarta, 2011, 248 Halaman

"Sir" Azyumardi Azra. Itulah nama panggilan sekaligus gelar bergengsi yang disematkan Ratu Inggris, Elizabeth II, kepada putra terbaik Indonesia. Ia terlahir bukan dari keturunan raja, bukan pula anak kaum bangsawan. Azra hanyalah anak dari keluarga yang sangat sederhana.

Perkenalannya dengan dunia membaca --yang dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa-- berawal dari huruf-huruf yang terpampang di badan bus. Lalu diimbangi dengan belajar membaca judul-judul berita pada robeka kertas koran bekas. Beruntung, Azra memiliki ayah yang setia menemani pada saat ia baru belajar mengeja huruf-huruf di badan bus yang saban hari melintas di depan rumahnya. Tanpa sadar, bacaan yang diperoleh dari judul-judul berita atau robekan koran itu menjadi gayung dan layar untuk providensi mengarungi luasnya samudra keilmuan.

Sebagai anak yang mulai ketagihan membaca, koran bekas merupakan media paling akrab dengan pengembaraan imajinasi dirinya. Buku cerita, novel, kumpulan puisi, cerpen, dan komik juga memberi warna kreatif yang masih tertancap dalam pikiran dan ingatan sampai saat ini. Itu seperti kisah komik Kho Ping Hoo dan James Bond yang merupakan kisah penting, sarat inspiratif dalam memorinya, yang berperan membentuk kepribadian untuk melanjutkan misi kehidupannya.

Potongan kisah tadi mengawali perjalanan hidup Azyumardi Azra yang diungkapkan Andina Dwifatma. Konten buku ini tidak ada kaitannya dengan ide-ide dan pemikiran cemerlang Azyumardi Azra. Cerita Azra dikemas dengan porsi dan sajian berbeda dari buku-buku biografi tokoh cendekiawan muslim lainnya. Andina sengaja menyuguhkan sisi-sisi menarik perjalanan hidup Azyumardi Azra yang jarang diketahui masyarakat. Sebut saja perjuangannya memperoleh beasiswa hingga S-3, juga kisah asmaranya.

Salah satu sisi yang paling menarik adalah cerita pada saat ia mendapat pengakuan dari Kerajaan Inggris. Ia orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Commander of the Order of British Empire (CBE), sehingga berhak menyematkan gelar "Sir" di awal namanya sejak 28 September 2010. Dengan gelar ini, ia memiliki hak-hak istimewa, antara lain bebas keluar-masuk Inggris tanpa visa. Uniknya, Azra bahkan jauh lebih ningrat dibandingkan dengan pesepak bola Inggris, David Beckham, yang hanya bergelar Officer of the Order of British Empire (OBE).

Azra termasuk jajaran cendekiawan muslim pendobrak. Kiprahnya di dunia pendidikan menghasilkan inovasi-inovasi yang belum terpikirkan oleh siapa pun. Salah satu buah pemikirannya adalah transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Berkat dirinya, universitas ini telah menjadi institusi pendidikan Islam yang bisa masuk arus utama, menjadi open-minded, berkualitas, dan bermartabat di mata masyarakat.

Sebagai akademisi berprestasi dan pemikir Islam progresif, ia tetap teguh pada sikap netralnya. Azyumardi lebih nyaman menjadi akademisi daripada terjun ke ranah politik, kendati banyak tawaran datang untuk ikut berpartai. Walau demikian, netralitas yang tertancap dalam diri Azyumardi Azra justru menjadikan dirinya orang yang paling diburu wartawan untuk berkomentar perihal masalah politik, agama, dan sosial kemasyarakatan.

Secara keseluruhan, buku ini mampu menginspirasi siapa saja yang membacanya. Pemikiran Azyumardi yang moderat juga sangat berguna untuk diambil pelajaran. Ia termasuk salah satu dari sedikit pemikir Islam yang bisa mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang bertentangan. Pikirannya terbuka. Hatinya pun cukup peka untuk dapat menelisik suatu permasalahan dari berbagai sudut.

Penyandang gelar master dan PhD dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, ini juga memiliki jaringan yang sangat luas di berbagai negara. Pemikirannya yang brilyan mendapat pengakuan bukan hanya dari almamaternya di Amerika, melainkan juga negara-negara Timur Tengah hingga Eropa. Bahkan banyak tokoh internasional, mulai mantan Presiden Amerika Serikat George Bush hingga Perdana Menteri Inggris Tony Blair, sengaja menyisihkan waktu untuk berdialog dengannya.

Kisah hidup Azyumardi Azra yang tersaji dalam buku ini menjadi cermin bahwa keberhasilan dapat diraih siapa saja, asalkan tetap konsisten dan berusaha keras untuk mewujudkannya. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangat patut dijadikan suplemen bagi generasi muda kita.

Aris Hasyim
Peminat kajian sosial, kebudayaan, dan agama dari Fakultas Ushuludin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta